METODE PENGGANTI EOSIN 2% DENGAN EKSTRAK BUAH TERONG BELANDA (Cyphomandra betacea) PADA IDENTIFIKASI TELUR CACING Ascaris lumbricoides

Kecacingan adalah salah satu penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan di
dunia termasuk di Indonesia. Salah satu infeksi ini disebabkan oleh cacing Ascaris
lumbricoides. Infeksi ini dapat didiagnosa dengan pemeriksaan mikroskopis
menggunakan pewarnaan Eosin 2%. Penggunaan Eosin 2% adalah metode
pemeriksaan telur cacing sederhana yang biasanya digunakan dalam diagnosa medis
dan penelitian. Beberapa kekurangan Eosin yaitu harga yang relatif mahal dan
kandungannya dapat merusak lingkungan. Zat warna lain yang perlu dipertimbangkan
adalah dari buah terong belanda. Buah terong belanda (Cyphomandra betacea)
merupakan salah satu tanaman yang bisa dimanfaatkan sebagai pewarnaan alternatif
pada pemeriksaan telur cacing Ascaris lumbricoides karena memiliki kandungan
antosianin. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kemampuan ekstrak buah terong
belanda (Cyphomandra betacea) sebagai pengganti Eosin 2%. Jenis penelitian ini
eksperimental, dengan menggunakan sampel feses positif telur cacing Ascaris
lumbricoides dan ekstrak buah terong belanda dengan konsentrasi 1:1, 1:2, dan 1:3.
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi perbandingan ekstrak buah
terong belanda (1:1) dapat digunakan sebagai pengganti Eosin 2%. Dari penelitian ini
dapat disimpulkan bahwa ekstrak buah terong belanda (Cyphomandra betacea) dapat
digunakan sebagai pewarnaan alternatif pada identifikasi telur cacing Ascaris
lumbricoides.
Kata kunci: Terong Belanda (Cyphomandra betacea), Eosin 2%, Pewarnaan
Alternatif , Ascaris lumbricoides.